Menikmati Suasana Travelling ke Kawasan Kota Tua Jakarta ---Travelling ke Jakarta yang macet, panas, dan berdebu bukanlah perkara menyenangkan. Namun sangat berbeda kalau kita bersepeda kumbang mengelilingi kawasan kota tua Jakarta.
Seolah kita berada dalam setting film Doea Tanda Mata. Mengasyikkan dan yang jelas menambah wawasan. Dengan mengunjungi kawasan Kampung Arab di daerah Pekojan, Jakarta Utara. Kawasan ini, tempo doeloe menjadi pemukiman para pendatang dari Timur Tengah dan India sekaligus menjadi basis penyebaran agama Islam di Batavia.
Pertama menuju kawasan Pasar Pagi Lama kemudian ke Jalan Pengukiran. Kawasan padat penduduk ini dihubungi oleh gang-gang kecil yang hanya bisa dilewati oleh motor atau sepeda.
Di Jalan pengukiran II terdapat Masjid Al Anshor. Masjid yang dibangun pada tahun 1648 ini dulunya dikenal dengan Masjid Pengukiran, baru pada 1 Januari 1971 diberi nama Al Anshor. Masjid ini dibangun oleh para pendatang Malabar India yang beragama Islam. Di halaman depan masjidnya ada 3 makam tua bergaya Moor yang sayangnya tidak diketahui identitasnya.
Setelah itu beranjak menuju Gang Pekojan Kecil II. Ternyata di gang kecil ini terdapat sebuah masjid bernama Raudah yang dibangun tahun 1907. Masjid ini menjadi basis sebuah organisasi pendidikan Islam bernama Jamiatul Khair. Seperti masjid-masjid yang didirikan oleh para pendatang dari Timur Tengah, masjid ini pun mempunyai ciri khas yang sama yaitu tempat mengambil air wudhu yang menjorok ke bawah berupa kolam berukuran cukup besar. Bentuk asli kolam itu masih dipertahankan termasuk besi-besi teralis jendela masjid.
Selain masjid, warisan orang Arab muslim dari Timur Tengah yang pandai berdagang dan aktif menyebarkan agama Islam lainnya berupa rumah-rumah bernuansa Moor. Namun sayang, sedikit sekali yang masih terawat baik. Salah satunya rumah keluarga Almarhum Shaleh Aljufri yang berada di sebelah kanan Masjid Zawiyah. Masjid ini didirikan oleh Habib Ahmad bin Hamzah Alatas yang lahir di Yaman Selatan. Penduduk keturunan Arab atau India yang dulu menempati kawasan ini sudah banyak yang pindah. Belakangan jutsru kawasan Pekojan ini lebih banyak dihuni warga keturunan Tionghoa dan para pendatang lainnya.
Tak jauh dari Masjid Zawiyah juga terdapat masjid tua An-Nawier yang dibangun pada tahun 1760. Masjid ini masih mempertahankan bentuk arsitektur lamanya termasuk pilar-pilar penyangga dan sebuah menaranya. Masjid yang didirikan oleh ulama bernama Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus ini lebih dikenal dengan nama Masjid Pekojan. Dengan daya tampung 1000 jemaah, masjid ini menjadi salah satu mesjid terbesar di Jakarta Barat.
Di atas Kali Angke tak jauh dari Masjid Pekojan, terdapat Masjid Langgar Tinggi. Ketika didirikan pada tahun 1829, mesjid ini berlantai 2 dan menyatu dengan Kali Angke sehingga jamaahnya dapat mengambil wudhu dari air Kali Angke. Masjid ini dibangun oleh Kapitan Arab bernama Syeik Said Naum.
Kalau anda berminat keliling kota tua Jakarta, anda bisa datang dari Terminal Blok M anda bisa naik bus transjakarta busway ongkos Rp 3.500 per orang turun di halte stasiun Kota. Kemudian menyewa sepeda kumbang yang ada di depan Stasiun Kota untuk diantar ke beberapa objek bangunan tua hingga kawasan Pekojan. Tarifnya sekitar Rp 25.000 per orang.
Agar perjalanan lebih nyaman bawalah minuman dan makanan kecil. Jangan lupa kamera atau handycam untuk mengabadikan bangunan tua yang ada.
Demikianlah Artikel Travel Indonesia tentang Suasana Travelling ke Kawasan Kota Tua Jakarta pada kesempatan kali ini. Baca juga Artikel Wisata Indonesia tentang Objek Wisata Pulau Lihaga Minahasa Utara pada arsip travel sebelumnya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi perjalanan Anda dan keluarga!