Melihat Keunikan dan Pesona Arca di Candi Badut Malang --Bila kita mendengar kata badut, pasti yang terlintas di pikiran adalah seorang penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memeragakan mimik-mimik lucu.
Berbeda dengan badut yang satu ini, candi Badut. Nama sebuah candi di Kecamatan Karangbesuki, Kotamadya Malang. Kata Badut sendiri berasal dari bahasa sansekerta "Bha-dyut" yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya.
Hal itu terlihat pada ruangan induk candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan Parwati dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang berisi arca Mahakal dan Nadiswara.
Pada relung utara terdapat arca Durga Mahesasuramardhini. Relung timur terdapat arca Ganesha. Di sebelah selatan terdapat arca Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa.
Dilihat bentuknya, candi Badut mirip dengan candi-candi di Jawa Tengah periode abad ke-8 hingga ke-10 terutama di kawasan dataran tinggi Dieng seperti Candi Gedongsongo. Bahan Candi terbuat dari batu andesit. Kaki candi polos tidak berhias. Pintu masuk diberi penampil. Kalamakara yang menghias bagian atas pintu tidak memakai rahang bawah.
Candi Badut dulunya dikelilingi oleh tembok yang sekarang sudah hilang. Beberapa runtuhan candi masih tampak berserakan di sana-sini yang tentunya merupakan bagian tertentu dari candi yang hingga sekarang belum bisa dipastikan bagaiman bentuk asalnya.
Sebuah tangga yang diapit oleh pipi tangga dihiasi ukiran kinarakinari (makhluk surga berbadan burung berkepala manusia yang bertugas memainkan musik surgawi). Bidang hias disamping relun-relung candi dihias dengan pola bunga. Atapnya runtuh. Di hadapan pintu masuk terdapat alas candi perwara yang lebih kecil sebanyak tiga buah. Di halaman candi sebelah Utara dan Selatan terdapat dua buah batu berbentuk kubus dengan sebuah lubang persegi empat.
Candi ini ditemukan pada tahun 1921 di mana bentuknya pada saat itu hanya berupa gundukan bukit batu, reruntuhan, dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.
Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah pengawasan B De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki yang masih dapat dilihat susunannya.
Batu-batu yang ada di sekitarnya kemudian dipilih dan dikumpulkan menurut jenis dan ukurannya. Atas dasar inilah kemudian dicoba untuk menyusun bangunannya. Pada tahun 1926 seluruh bagunan bagian kaki dan tubuh dapat dibangun kembali, kecuali bagian atapnya yang tidak dapat diketemukan kembali.
Pada tahun 1990-1993 kembali dilaksanakan pemugaran candi Badut oleh Kanwil Depdikbud dan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, melalui Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, yang dilaksanakan secara bertahap.
Upaya pelestarian dan pembinaan Benda Cagar Budaya ini dimaksudkan agar warisan budaya kita tetap lestari yang dapat menunjukkan jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya.
Demikianlah Artikel Travel Indonesia tentang Keunikan dan Pesona Arca di Candi Badut Malang pada kesempatan kali ini. Baca juga Artikel Wisata Indonesia tentang Wisata Budaya Pernikahan Unik Lubuak Jantan Minangkabau pada arsip travel sebelumnya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi perjalanan wisata bagi Anda dan keluarga!