Kawah Putih yang berada di ketinggian 2.194 meter di atas permukaan laut, terbentuk saat terjadi letusan Gunung Patuha pada abad ke 10 sampai dengan abad ke 12, menyimpan suatu misteri pada masa lampau. Masyarakat menganggap puncak Gunung Patuha sebagai daerah angker dan menyeramkan dan mereka menganggap Gunung Patuha adalah tempat bertemunya para leluhur Bandung Selatan dan saking angkernya, burung-burung yang melewati Kawah Putih pun akan binasa.
Pada tahun 1837 Dr, Franz Wilheim Junghun, seorang ilmuan Belanda peranakan Jerman, yang juga pengusaha perkebunan Belanda yang mencintai kelestarian alam. Kondisi lembah Gunung Patuha pada waktu itu masih berupa hutan lebat, dipenuhi pohon-pohon kayu jenis lokal seperti rasamala, saninten, huru, samida dan lain sebagainya. Beliau tidak percaya pada cerita masyarakat dan malah penasaran, akhirnya beliau melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara hingga akhirnya menemukan sebuah kawah yang sangat indah, yang saat ini dikenal sebagai Kawah Putih. Dari dalam kawah tersebut keluar semburan lava yang berbau belerang, yang di kemudian diketahui bahwa bau belereng inilah yang menyebabkan kawanan burung enggan untuk terbang di atas permukaan kawah.
Bagi orang yang baru pertama kali mengunjungi Kawah Putih, biasanya akan terpaku melihat genangan air yang berwarna putih disertai dengan asap putih yang mengepul di atasnya. Warna air di Kawah Putih selalu berubah-berubah mengikuti cuaca, bila matahari bersinar dengan teriknya, air pada Kawah Putih berwarna hijau apel dan kebiru-biruan, terkadang juga berwarna coklat susu, kuning terang dan yang sering dijumpai adalah berwarna putih disertai dengan kabut tebal di atas permukaan kawah. Selain permukaan kawah berwarna putih, pasir dan bebatuan di sekitarnya pun didominasi oleh warna putih.
Kabarnya bila mengunjungi Kawah Putih pada malam hari, saat rembulan dan bintang-bintang menerangi malam, dari danau Kawah Putih akan terlihat pancaran cahaya berwarna terang kehijau-hijauan yang menghiasi kawah dan akan membentuk lingkaran yang menerangi seluruh lokasi kawah.
Meskipun Kawah Putih telah ditemukan pada tahun 1837 oleh Dr. Franz Wilheim Junghun, tetapi keindahan alam Kawah Putih baru dapat dinikmati oleh masyarakat luas pada tahun 1987 setelah PT Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten mengembangkan menjadi obyek wisata.
Di Kawah Putih terdapat sebuah goa buatan sedalam 5 meter yang tertutup untuk umum dan sampai sekarang masih tercium bau belereng yang sangat menyengat dan ada peringatan agar jangan terlalu lama berada di depan goa.
Dari sinilah awal mulanya berdirinya pabrik belerang Kawah Putih pada jaman Belanda yaitu Zwavel Ontgining Kawah Putih dan usaha ini dilanjutkan pula pada masa Jepang dengan sebutan Kawah Putih Kenzaka Yokoya Ciwidey di bawah pengawasan langsung militer Jepang.
Cerita-cerita ini sekarang tinggal misteri dan Dr. Franz Wilheim Junghun telah tiada, namun penemuannya masih dikenal dan masih tetap mempesona sampai saat ini dan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten telah mengembangkan sebagai Ecotourism Wana Wisata pada tahun 1991.
Kawah Putih memang menakjubkan dan mempesona walaupun cuaca di Kawah putih sangat tidak stabil, sebentar turun hujan deras dan berkabut dan tak lama kemudian cuaca menjadi cerah, cekungan di Kawah Putih seluas 25 hektar berair keputih-putihan.
Berhubung cuaca di kawasan Kawah Putih yang cukup dingin ditambah dengan hujan yang suka datang mendadak, sebaiknya membawa payung dan mengenakan jaket atau mantel.
Untuk mencapai lokasi Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 kilometer, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit dengan mobil dengan pemandangan rimbunnya dan hijaunya hutan tropis. Harga Tiket untuk menikmati keindahan Kawah Putih, sebesar Rp11.000 per orang.
Setelah puas menikmati keindahan alam Kawah Putih, pengunjung dapat membeli camilan berupa kacang rebus, jagung bakar, ketan bakar dengan bumbu tiga rasa yaitu oncom, kacang dan kelapa atau dapat membeli beberapa kotak buah strawberry yang segar atau bantal dan pernak-pernik lainnya berbentuk strawberry sebagai buah tangan.
Jika masih ingin melanjutkan perjalanan wisata di Bandung Selatan, kita masih dapat melanjutkan ke obyek wisata lainnya seperti danau Situ Patenggang, Rancaupas yang sejak lama menjadi penangkaran rusa dan tempat perkemahan, pemandian air panas Cimanggu dan sepulangnya dari lokasi wisata di atas, kita dapat juga memetik sendiri strawberry di sepanjang jalan raya Ciwidey dengan membayar sekitar Rp25.000-35.000 untuk satu kilogram strawberry yang segar.
Demikianlah Artikel travel Indonesia tentang Hamparan Belerang di Objek Wisata Kawah Putih Bandung pada kesempatan kali ini. Baca juga Artikel Wisata Indonesia tentang Satwa Liar Taman Nasional Gunung Lauser Aceh pada arsip travel sebelumnya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi wisata bagi Anda dan keluarga!